Jalan Kaki dan Bersepeda Bantu Jaga Kebugaran Usai Beribadah Haji

- 2 Juli 2024, 05:19 WIB
Ilustrasi jalan kaki.
Ilustrasi jalan kaki. /Pexels/Ketut Subiyanto/

BUTOLPOST - Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi) menyatakan bahwa olahraga ringan seperti berjalan kaki dan bersepeda dapat membantu menjaga kebugaran fisik jamaah haji yang baru tiba di tanah air setelah menjalani ibadah haji yang panjang.

“Usai mengikuti haji, kita bisa melakukan olahraga dengan intensitas rendah. Misalnya berjalan kaki atau bersepeda statis di rumah tanpa pembebanan yang tinggi,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Perdokhi Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR, MARS, AIFO–K, kepada ANTARA melalui telepon di Jakarta, Senin.

Menanggapi kedatangan ribuan jamaah haji kembali ke Indonesia, Syarief menekankan pentingnya olahraga ringan secara bertahap untuk menghindari "kaget gerak" setelah lama duduk di pesawat dan menjalani rangkaian kegiatan haji yang panjang.

 

Syarief menyarankan agar jamaah haji berjalan kaki secara perlahan di tempat yang aman dan datar, terutama bagi mereka yang memiliki komorbid seperti penyakit paru-paru atau jantung. Tempat yang aman dan datar lebih baik dibandingkan berbukit atau banyak turunan.

Bagi jamaah yang lebih senang berolahraga di dalam rumah, bersepeda statis menjadi pilihan yang tepat karena tidak memerlukan banyak gerakan dan perpindahan dalam satu waktu. Syarief menyebut jenis olahraga lain yang dapat dilakukan di rumah adalah aerobik dengan intensitas gerakan rendah hingga sedang untuk meningkatkan kelenturan sendi-sendi tubuh.

Sementara itu, olahraga lain seperti yoga dan zumba juga dapat dilakukan dengan catatan bahwa bagi penderita komorbid, latihan harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing.

“Tergantung pada komorbiditasnya, jenis komorbidnya. Jika komorbidnya adalah hipertensi atau diabetes, olahraga harus disesuaikan dengan pola minum obatnya, aktivitasnya, serta apakah kondisi stabil atau tidak,” jelasnya.

Syarief juga memberikan saran bagi penderita asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) serta penderita hipertensi. Mereka harus mengukur denyut nadi terlebih dahulu dan belajar mengenali batas kemampuan fisik mereka. “Jika denyut nadinya meningkat, mereka harus beristirahat sejenak dan tidak membiarkannya melebihi 120 denyut per menit,” tambah Syarief.

Halaman:

Editor: Suardi Yadjib


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah