Para ‘Penambang’ Cuan di Lingkar Industri Morowali

- 23 Februari 2024, 14:01 WIB
Tumbuh subur
Tumbuh subur /

“Bisa dikatakan rumah makan ini satu-satunya di Bahomakmur yang menghabiskan 120 sampai 125-kilogram beras per hari. Beras yang dipakai, dipesan dari Kendari, Sulawesi Tenggara,” kata Abdullah.

Baca Juga: Habib Ali Hasan Al-Bahar Ajak Pegawai Setwapres Bangun Indonesia Berkonsep “Negeriku adalah Surgaku

Dengan omzet cukup besar dan pelanggan yang banyak, Rumah Makan Dapur Pak Dul mampu mempekerjakan 17 orang untuk melayani para pembeli. Abdullah menjelaskan, jam kerja karyawannya terbagi dua waktu gilir (shift), masing-masing 8 jam. Mereka diberi upah harian sebesar Rp70 ribu–100 ribu tergantung durasi bekerja. Hingga kini, Rumah Makan Pak Dul masih mempertahankan kualitas rasa menu makanan yang disajikan.

Tak hanya usaha warung makan. Usaha lain yang juga bertumbuh bahkan menjamur di Bahodopi adalah jasa cuci pakaian (laundry). Alasan dari mereka menjalankan usaha ini cukup beragam. Ada yang mengatakan bahwa usaha ini cukup mudah untuk dikerjakan dan tidak membutuhkan modal yang besar. Ada juga yang mengatakan bahwa keutungan yang dijanjikan cukup statis dengan banyaknya jumlah karyawan yang ada di Kawasan Industri IMIP.

Seperti Ayu Lestari Rahman, perempuan asal Soppeng, Sulawesi Selatan, yang berdomisili di Bahomakmur. Sejak Januari 2023, Ayu dengan suaminya bersama-sama menjalankan usaha jasa cuci pakaian atau binatu. Dengan modal Rp18 juta yang dikumpulkan dari penghasilan suaminya sebagai mantan pekerja di jetty Labota, mereka lalu membeli peralatan berupa satu mesin cuci dan satu mesin pengering pakaian.

Baca Juga: Presiden Jokowi Bersilaturahmi dengan Para Nasabah Mekaar di Sulawesi Selatan

Ditemui di gerai cuci pakaian miliknya yang dinamai “BlueSea”, Ayu menceritakan kembali alasan mereka untuk berwirausaha. Setelah setahun bekerja di dermaga jetty (2022–2023), Rahman, suaminya, memutuskan untuk mengundurkan diri. Untuk mengenang pengalaman bekerja yang dekat dan akrab dengan samudera biru, maka BlueSea dipilih sebagai nama usaha binatu.

Dibandingkan usaha rumah makan, menurut Ayu, usaha binatu lebih mudah. “Saya tidak terlalu suka memasak,” ungkapnya.

Mereka pun memantapkan diri untuk menjalankan usaha binatu mengingat pertumbuhan penduduk sekitar makin besar sebagai potensi ekonomi yang menjanjikan.

Pada 2022, mula-mula usaha binatu mereka dirikan di Desa Fatufia. Namun, usaha binatu mereka terkendala kondisi air yang kotor. Kurang dari setahun, Ayu dan Rahman bersama kedua putranya yang berusia balita kemudian pindah mengontrak rumah ke desa tetangga, yaitu Desa Bahomakmur. Sampai saat ini, BlueSea telah menjadi salah satu rujukan warga Bahomakmur dan sekitarnya untuk mencuci pakaian.

Halaman:

Editor: Suardi Yadjib


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah